Sabtu, 23 Mei 2009

Mindset History


Benarkah mutu gizi di Negara kita yang menurun menyebabkan daya fikir kita menurun? Kita banyak menemukan orang malas berfikir, sekedar gali lubang-tutup lubang dalam menyelesaikan masalah, tidak mengantisipasi, gagal membuat prediksi, asal membuat keputusan, sehingga tidak kreatif dan tidak inovatif…
pertanyaannya adalah ; “apakah membangun kebiasaaan cara fikir yang unggul akan kita letakkan sebagai tanggung jawab pihak eksternal di luar diri individu saja?”, apakah tidak ada yang salah dengan kebiasaan fikir kita masing-masing…??”

Di zaman serba instant ini, hampir segala informasi dengan mudah bisa kita dapatkan dengan meng-“googling” atau “wiki-ing”. Ketika ada kerabat terserang demam berdarah misalnya, kita bisa dengan mudah mendapatkan lebih dari puluhan ribu informasi mengenai tofik tersebut melalui google, mulai penyebabnya, penanganannya, pencegahannya, obat-obat medis maupun tradisional, dokter ahli sampai berbagai sharing pengalaman pribadi seputar topik tersebut.
Internet memang sudah dianggap menjadi bagian besar dari solusi pengetahuan karena menyajikan jawaban terhadap apa dan bagaimana-nya dari suatu masalah yang sedang kita hadapi. Sehingga dari berbagai sumber-sumber informasi yang kita dapatkan perlu digabungkan dengan potensi kecerdasan yang dilengkapi dengan pengolahan informasi lebih lanjut sebelum membuahkan kecermatan. Dalam menentukan langkah itu kita perlu pandai-pandai memilih tempat bertanya, mencari ahlinya, bertanya kepada yang sudah berpengalaman, memformulasikan pertanyaan yang akan diajukan, mengulang lagi, mengecek kembali, berkontemplasi, sampai akhirnya mengambil kesimpulan. Untuk orang-orang yang terlatih dan “intelek”, proses berfikir ini tidak terjadi berjam-jam, tetapi sudah menjadi mindset bahkan gaya hidup. Individu seperti inilah yang sudah mengoptimalkan daya fikirnya.
Tidak tuntasnya dalam menangani suatu permasalahan ternyata kerap berasal dari sikap kita yang ingin cepat beralih dari masalah. Terkadang kita sering tidak sabar untuk mengumpulkan bukti-bukti, mengendapkan masalah dan menyusun data yang kita punya. Inilah latar belakang mengapa kita sulit mengambil keputusan dan terkadang malas membuat strategi dan rencana perbaikkan mendetail, ingin segera bertindak tanpa fikir panjang. Apa akibtnya…?? Banyak menyisakan pekerjaan yang tidak selesai dengan baik dan sempurna…
Secara real proses mengembangkan daya fakir yang kuat dan sistematis, bisa diasah dengan melatih kesabaran dan kesadaran mengenai “here and now”-nya dalam-dalam. Inilah yang disebut sebagai “berfikir objektif”. Karakteristik berfikir seperti inilah yang ingin saya coba bangun dan aplikasikan pada setiap wacana baru yang akan disajikan. “ jangan malas untuk mengoptimalkan pola fikir yang selayaknya itu menjadi aset terbesar dalam kehidupan, jadikan berfikir sebagai mindset / gaya hidup”
Akhir kata, salam sejahtera semoga setiap sajian wacana yang ada bisa menambah cakrawala dan wawasan pengetahuan anda…

0 komentar:

Posting Komentar